PIJAR API dan pasir panas gunung berapi menyembur dahsyat. Hujan abu turun bertebaran, menyatu dengan udara, untuk kemudian mengangkasa kembali, menerpa lingkungan sekitar. Gunung Lokon yang berada di dekat Kota Tomohon, Sulawesi Utara berulangkali menghadirkan fenomena alam. Gunung setinggi 1.580 m ini berulangkali meletus. Pertama kali pada tahun 2011 ini, Lokon meletus pada Kamis (14/7), sejak saat itu Lokon terus menerus bergejolak, hingga kemudian meletus kembali pada Minggu (17/7). Beberapa kali sebelum status aktivitasnya ditetapkan dari 'SIAGA' ke 'AWAS' Lokon rajin meletupkan material vulkanik gunung berapi.
Asap putih berbaris berderetan muncul dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon. Semburan material vulkanik yang menghasilkan hujan debu terjadi sejak Minggu (10/7). Pemerintah setempat kemudian menetapkan status 'AWAS' bagi aktivitas Gunung Lokon, setelah sebelumnya berstatus 'SIAGA'.
Warga terbiasa dengan 'AWAS' Lokon
Walaupun Lokon telah berstatus 'AWAS' warga tidak serta merta panik. Beberapa dari mereka bahkan menganggap aktivitas Lokon bagi mereka berkesan biasa saja. "Saya sudah pernah melihat kondisi Lokon, jadi mengetahui persis bahaya yang ditimbulkan. Saat letusan mengeluarkan api saja waktu lalu belum mengungsi, kini masih tetap menunggu perkembangan," ujar Henny Lalawi warga Kinilow Lingkungan I. Padahal wilayah tersebut termasuk dalam kawasan yang masuk jangkauan bahaya apabila Kawah Tompaluan Lokon meletuskan awan panas dan lontaran batu pijar lagi, karena jaraknya hanya berkisar 2 km. Walaupun demikian, ketegasan pemerintah berhasil 'memaksa' warga mau tak mau harus mengungsi.
Aktifitas Lokon yang tak biasa
Aktifitas Lokon yang tak biasa
Beberapa kalangan menilai aktivitas Lokon kali ini terkesan keluar dari kebiasaan. Hal tersebut karena urutan proses meletusnya terbalik. Kebiasaan gunung berapi yang akan meletus biasanya diawali dengan aktivitas gempa (tremor) vulkanik yang berjalan terus menerus, dan seiring berjalannya, tremor akan semakin membesar. Puncaknya kemudian gunung berapi tersebut meletus.
Lain cerita dengan Lokon, usai terjadi letusan, baru disusul dengan tremor, kemudian berhenti, kemudian tremor lagi, hingga akhirnya meletus untuk kedua kalinya. Hal ini dirasakan beberapa pakar, salah satunya Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, kesulitan untuk memprediksi kapan letusan berikutnya akan terjadi lagi.
Mitos 'Tatawiran'
Mitos 'Tatawiran'
Aktifitas Gunung Lokon yang terjadi dari waktu ke waktu, disandingkan oleh warga sekitar dengan mitos. Mitos tersebut berjalan beriringan dengan aktivitas Lokon, hingga saat ini. Warga disekitar Lokon mempercayai mitos tersebut, seperti layaknya kebenaran yang memang akan terjadi, bila hal-hal tertentu dilakukan dan tidak dilakukan.
Warga mempercayai apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang jahat dan tercela Gunung Lokon tidak akan memulai aktivitas yang menyebabkan kesengsaraan bagi warga sekitar.
Opa Laurens Tulus (74) tetua kampung di Desa Warembungan bercerita, "Menurut orangtua kami, setiap Lokon meletus pasti ada dosa atau kesalahan yang dilakukan warga, maka kami selalu diingatkan agar selalu menjaga sikap terutama menjelang dewasa," ungkapnya.
Ia menambahkan beberapa waktu lalu, di Kampung Warembungan kedapatan ada warga desa yang melakukan kesalahan atau kejahatan. Hal tersebut kemudian membuat Gunung Lokon bereaksi dengan menyemburkan debu atau lava pijar. Fenomena tersebut entah kebetulan atau tidak, diyakini benar oleh warga.
Selain itu menurutnya Desa Warembungan adalah salah satu desa yang akan selalu dilindungi, apabila Lokon tengah beraktivitas. Entah Lokon meletus atau hanya menyemburkan material Warembungan akan selalu aman, karena warga percaya Warembungan dilindungi oleh 'Tatawiran'. Menurut cerita Tatawiran merupakan mertua dari Lokon. Tatawiran atau lebih dikenal dengan kawah Tampoluan-nya, dipercayai oleh para sesepuh Warembungan zaman dahulu sebagai sosok pelindung warga Desa Warembungan dari semburan debu vulkanik Gunung Lokon. Opa bersaksi bahwa sejak dahulu desanya tidak pernah terkena abu vulkanik, kalaupun ada pasti sangat sedikit.
0 komentar:
Posting Komentar