Jejak Islam ditilik dari Makam Kyai Damar

| | 0 komentar

Jalan Pedamaran adalah salah satu jalan yang menjadi saksi bisu penyebaran Agama Islam di Semarang.
Siapa sangka, jalan yang berada di kawasan Pasar Johar tersebut terdapat makam Kiai Damar yang menurut sejarah, beliau merupakan salah satu penyebar agama Islam. Makam ini lebih tepatnya berada di kampung Sumeneban.
Di komplek makam yang berhimpitan dengan rumah penduduk setempat tersebut, hanya terdapat tiga nisan, yaitu nisan Kiai Damar, Nyai Damar dan keponakannya. Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan sebuah pintu besi.
Pemugaran makam ini diresmikan 26 Februari 1998 oleh Wali Kota Semarang waktu itu, Kolonel Infanteri Soetrisno Soeharto. Terkadang makam ini juga sering dikunjungi tamu dari berbagai macam kota untuk berziarah.

Silsilah Kiai Damar hingga sekarang memang tidak jelas. Meskipun demikian, menurut sesepuh setempat, Kiai Masruh Budiono Abdul Kholib, Kiai Damar adalah salah satu abdi punakawan dari Kerajaan Demak Bintara.
Tokoh ini mempunyai nama lain yakni Raden Dipa Pamulya. Dia dipercaya masih merupakan keturunan raja-raja Demak. Sedangkan nama 'Damar' yang disandangnya berasal dari kata 'Damar' dalam bahasa Jawa berarti lampu, lentera, atau dian.
Jadi, Kyai Damar didbaratkan tokoh yang memiliki tugas untuk memberikan pepadhang atau penerangan.
"Kyai Damar pernah menyiarkan agama Islam berbarengan dengan Syeh Jangkung yang merupakan amanah dari Keraton Demak untuk meneruskan kinerja Walisongo. Akan tetapi Kyai Damar memilih menetap di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Sumeneban ini," ujar Kiai Masruh.
Lanjutnya, kampung Sumeneban ini dulunya merupakan penjara bagi orang-orang Madura atau orang-orang dulu menyebutnya dengan Sumeneb, yang ditangkap oleh Belanda. Oleh karena itulah tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Kampung Sumeneban. Sedangkan hingga saat ini kampung tersebut terkenal dengan sebutan Kampung Boro, karena yang menempati mayoritas kaum pendatang atau boro.
Di kampung ini banyak terdapat bangunan kuno yang telah ditempati pula oleh masyarakat setempat. Bangunan atau rumah kuno ini merupakan peninggalan masyarakat etnis Tiong Hoa. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan yang juga dihiasi berbagai ornamen khas Tiong Hoa, mulai dari ventilasi rumah, jendela, pintu, bentuk bangunan, tiang pancang, dll.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Blog Sahabat

Recent Comment

© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com