Harga saham industri penerbangan, Garuda (kode JIAA) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis pagi turun Rp10 per saham dari Rp510 menjadi Rp500, setelah para pilot garuda mengancam akan melakukan aksi mogok. Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan mengatakan di Jakarta, Kamis, para pilot Garuda mengancam akan melakukan aksi mogok, karena adanya kesenjangan gaji yang diterima para pilot lokal dengan pilot asing yang berstatus kontrak.
Saham Garuda Indonesia itu sebenarnya sejak penawaran saham perdana (initial public offering) dilepas ke pasar dengan harga Rp750, namun pelaku pasar tidak merespon dengan baik. Menurut dia, harga saham yang ditawarkan terlalu tinggi, karena bisnis industri penerbangan mengandung risiko yang tinggi.
"Kami memperkirakan harga saham Garuda kurang diminati pelaku pasar, sehingga transaksi yang terjadi relatif kecil," ujarnya. Menurut dia, pada IPO itu harga saham Garuda turun hingga Rp490 per saham, namun kemudian naik Rp20 menjadi Rp510 per saham.
Harga saham itu kembali turun Rp10 menjadi Rp500 setelah para pilot mengancam akan melakukan aksi mogok apabila kesenjangan gaji yang diterima tidak segera disesuaikan, katanya. Ia mengatakan, koreksi terhadap saham Garuda itu juga berkaitan dengan merosotnya saham-saham regional mengikuti bursa global, setelah kepastian mengenai kenaikan pagu utang AS masih belum mendapat persetujuan.
Pertemuan antara kongres dan pemerintah AS mengenai pagu utang kredit menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar sehingga menekan bursa global dan regional, ujarnya. Selain itu, lanjut dia kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 98 dolar AS per barel juga menekan harga saham Garuda itu bergerak turun.
Seperti dikemukakan Asosiasi Pilot Garuda (APG) Rabu (27/7) mereka memastikan rencananya untuk melakukan aksi mogok terbang pada Kamis (27/7) sebagai wujud protes terhadap kesalahan manajemen yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan penghasilan pilot lokal dengan pilot asing yang berstatus kontrak.
0 komentar:
Posting Komentar