
Diketahui bahwa tsunami telah menyapu bersih wilayah pantai Jepang pada 11 Maret lalu, yang disusul kemudian oleh frekuensi tinggi yang ditangkap oleh radar di California dan Jepang, seperti diakui para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
"Ini bisa sangat berguna, jika dipakai di daerah Asia Tenggara, di mana ada daerah landas kontinen besar yang dangkal," kata Profesor John Largier, seorang ahli kelautan di University of California, dan penulis penelitian yang telah mempublikasikan makalah ini dalam jurnal Remote Sensing.
Para ilmuwan menemukan bahwa radar bukan mengambil gelombang tsunami yang sebenarnya, melainkan mengambil gelombang kecil di ketinggian laut. Tetapi itu merupakan perubahan arus sebagai gelombang yang melewatinya. Demikian seperti dikutip The Hindu, Kamis (18/8/2011).
Para peneliti menemukan apa yang biasa mereka sebut tsunami, setelah memasuki perairan dangkal di atas pantai landas kontinen. Sebagai gelombang yang masuk ke area air dangkal, mereka melambat, namun peningkatan tinggi dan penurunan panjang gelombang terjadi selama perjalanan ke permukaan laut sampai akhirnya menghantam pantai.
Largier menjelaskan bahwa landas kontinen di lepas pantai California cukup sempit, dan pendekatan ke pantai sudah dapat dipantau oleh pengukur tekanan. Tapi dirinya mengatakan deteksi radar bisa bermanfaat, misalnya, di Pantai Timur atau di Asia Tenggara, di mana ada hamparan laut dangkal yang luas.
0 komentar:
Posting Komentar