Matematika Arisan Tembakan

| | 0 komentar

Arisan saat ini sudah menjadi agenda utama ibu rumah tangga. Arisan kerap menjadi ajang ekspresi untuk bersilaturahmi di antara anggotanya, sekaligus menjadi gaya hidup. Untuk kelompok tertentu,arisan bahkan menjadi sarana untuk mencapai tujuan ekonomi seperti untuk membeli perhiasan, motor, sofa, komputer, atau ibadah haji.

Kurang fair
Dalam arisan biasa, penentuan siapa yang memperoleh uang berdasarkan undian. Karena itu, sulit dipastikan bahwa yang paling membutuhkan akan mendapatkannya. Kelemahan lain arisan konvensional atau arisan biasa adalah yang mendapat undian dalam periode awal lebih diuntungkan daripada yang memperolehnya dalam periode-periode akhir.
Yang mendapatkan di awal seperti memperoleh pinjaman tanpa bunga, sementara yang terakhir seperti menabung atau meminjamkan uang tanpa bunga. Untuk mengatasi dua kelemahan yang melekat pada arisan biasa di atas, di banyak negara Asia sejak lama berkembang arisan tembakan.

Di Vietnam namanya Hui, di Korea disebut Gae, di China dipanggil Cho Wui, dan di Jepang dinamakan Tana- Moshi. Dalam setiap pertemuan arisan tembakan, peserta yang memperoleh uang arisan adalah yang bersedia menawar tertinggi dalam bentuk memberikan potongan pembayaran kepada peserta yang belum dapat giliran.

Dengan sistem lelang atau sistem tembakan, dapat dipastikan kalau yang mendapatkan adalah yang membutuhkan, sementara yang tidak mendapatkan juga tidak dirugikan. Dua hal inilah yang membuat arisan tembakan banyak peminatnya.

Di Indonesia, arisan tembakan ini dikenal dengan nama Hui, seperti di Vietnam, dan sangat populer di kalangan pedagang dan pengusaha, terutama mereka yang beretnis Tionghoa dan Batak.Bagi yang pernah ikut arisan ini, arisan biasa menjadi tidak menarik lagi kecuali untuk tujuan sosialisasi/ silaturahmi dan memperluas jaringan.

Dilelang setiap penarikan
Untuk membantu Anda memahami arisan tembakan, berikut penjelasan saya mengenai mekanismenya. Katakan ada 20 orang yang sepakat mengikuti arisan tembakan dengan uang arisan Rp2 juta, dibayarkan tanggal 1 setiap bulan. Giliran pertama biasanya diberikan kepada kepala arisan tembakan (Hui), katakan A, yang bertanggung jawab mengumpulkan anggota dan uang arisan setiap bulan.

Dia akan menerima sebesar Rp38 juta secara penuh yaitu 19 x Rp2 juta. Kepala Hui sangat wajar mendapatkan pinjaman tanpa bunga, karena dia harus bertanggung jawab menutupi kekurangan uang kalau ada peserta yang terlambat atau gagal bayar, jika ingin menjaga reputasinya.

Untuk giliran kedua, 19 peserta lain dapat mengajukan tawaran atau tembakan, biasanya berkisar 10 persen hingga 25 persen dari nilai arisan atau Rp200 ribu sampai Rp500 ribu dalam contoh kita. Mereka bertemu pada jam dan tempat yang telah disepakati setiap bulannya bersama kepala Hui.

Misalkan ada lima peserta yang merasa membutuhkan uang. Pada pertemuan itu mereka menembak dalam secarik kertas yang ditutup (rahasia) masing-masing Rp250 ribu, Rp260 ribu, Rp275 ribu, Rp300 ribu, dan Rp252 ribu. Yang lebih membutuhkan biasanya berani menembak lebih besar. Yang menang adalah yang menembak tertinggi yaitu Rp300 ribu, katakan B.

Sementara 18 orang lainnya, kecuali A, cukup membayar Rp1,7 juta (Rp2 juta-Rp300 ribu). B akan menerima Rp32,6 juta (Rp2 juta + 18 x Rp1,7 juta). Mereka yang sudah menembak dan menang, harus membayar penuh uang arisan pada arisan-arisan berikutnya.

Pada arisan ketiga, kembali diadakan lelang tembakan, A dan B tidak punya hak menembak lagi dan hanya punya kewajiban membayar Rp2 juta. Pada arisan keempat, kelima, dan seterusnya, lelang kembali diadakan. Hanya pada arisan terakhir yaitu arisan ke-20, tidak ada lagi lelang tembakan karena yang belum memperoleh giliran tinggal satu orang.

Berbeda dengan arisan biasa, orang terakhir dalam arisan tembakan sangat diuntungkan karena dia akan mendapatkan uang sebesar Rp38 juta sementara yang dibayarkan pada setiap arisan kurang dari Rp2 juta, kecuali untuk arisan pertama.

Semua untung
Pembaca yang cerdas, Anda ingin tahu return yang didapat peserta terakhir dalam contoh kita di atas? Dengan asumsi tembakan rata-rata adalah 12,5 persen atau Rp250.000, return peserta terakhir adalah 1,55 persen per bulan atau 18,5 persen pa. Jika tembakan rata-rata lebih besar dari 12,5 persen, return juga menjadi lebih besar dari 18,5 persen. Cukup menarik, bukan?

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Blog Sahabat

Recent Comment

© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com