Inggris merasa putus asa dan meminta shah Iran untuk tidak pindah di dekat London setelah pecah revolusi tahun 1979, meski sebelumnya Inggris mendukung shah Iran tersebut, bahkan merencanakan sebuah misi penyelamatan ke daerah Bahama untuk shah Iran tersebut.
Perdana Menteri Inggris (kala itu) Margaret Thatcher merasa "amat tidak senang" karena Inggris tidak dapat memberikan tempat berlindung bagi seorang "kawan baik yang banyak membantu".
Namun, pendahulu Thatcher, James Callaghan dan jajaran pejabatnya telah mengambil keputusan sebelum dirinya terpilih pada bulan Mei 1979. Intinya menyatakan bahwa keberadaan shah Iran akan menghadirkan resiko besar dan merusak hubungan dengan rezim baru, demikian ditunjukkan oleh dokumen rahasia yang dirilis pada hari Jum'at (27/5).
Mohammad Reza Shah Pahlavi meninggalkan Iran pada tanggal 16 Januari 1979, dan pada bulan Februari, Ayatollah Ruhollah Khameini kembali dari pengasingan di Perancis dan menjadi pemimpin tertinggi Iran.
Sementara itu, shah Iran tersebut berpindah-pindah di berbagai negara, termasuk kepulauan Bahama, sembari berupaya untuk membujuk negara lain yang bersedia dijadikan tempat tinggal.
Pada tanggal 9 Februari 1979, Alan Hart, seorang jurnalis lepas yang dekat dengan shah tersebut mengontak pemerintah Inggris untuk mengatakan bahwa bangsawan yang turun tahta tersebut tertarik untuk menetap di Surrey, sebelah barat daya London.
Hart mengatakan, "Dia telah diminta oleh Shah untuk melakukan pendekatan formal terhadap pemerintah Inggris dan menyuarakan reaksi mereka atas kemungkinan datangnya shah Iran tersebut ke Inggris untuk menetap secara permanen," demikian isi surat dari Downing Street kepada Kantor Kementerian Luar Negeri.
Menanggapi surat tersebut, seorang pejabat Departemen Luar Negeri menulis surat kepada pemerintah Inggris, intinya menyebutkan bahwa tindakan semacam itu akan memperumit dan kemungkinan besar akan merusak hubungan bilateral antara Inggris dengan pemerintahan Iran berikutnya. Callaghan menulis sebuah memo pada tanggal 19 Februari mengenai situasi tersebut.
Dalam waktu beberapa bulan saja, Thatcher sudah berada di Downing Street dan menyarakan ketidakpuasan terhadap situasi tersebut.
"Perdana Menteri (Thatcher) telah memperjelas bahwa ia merasa amat tidak senang dengan ketidakmampuan pemerintah untuk menawarkan tempat berlindung terhadap seorang penguasa, yang dalam pandangannya, merupakan seorang kawab baik ang banyak membantu Inggris.," demikian isi sebuah surat dari Downing Street kepada Kantor Kementerian Luar Negeri yang diungkapkan pada tanggal 14 Mei.
Sementara itu, para pejabat berencana untuk mengirimkan seorang perwakilan, mantan duta besar Inggris untuk Iran, Sir Denis Wright, dengan nama alias ke kepulauan Bahama pada tanggal 16 Mei.
Setelah berkelana di banyak negara, termasuk Mesir dan maroko, shah Iran tersebut menuju AS untuk menjalani perawatan penyakit kanker.
Setibanya di AS, para mahasiswa Iran menyandera 63 orang di kedutaan besar AS di Teheran pada bulan November 1979, mereka menuntut agar sang shah dipulangkan ke Iran dan disidangkan. Shah Pahlevi meninggal di Kairo pada tahun 1980.
Dokumen rahasia lainnya mengungkapkan adanya perkiraan Parsons mengenai shah tersebut. Ia mengatakan bahwa sang shah adalah orang yang salah dan tidak tepat untuk jabatannya, dalam pidato perpisahan dari Teheran pada tanggal 18 Januari.
"Meski dia akan menjadi seorang pelayan publik kelas satu di negara Barat, rezimnya dinyatakan bersalah atas arogansi, kemegahan yang menyolok, dan keangkuhan, yang menyulitkan para diplomat Barat," kata Parsons.
Laporan berita menunjukkan bahwa saudara laki-laki sang shah, Gholam Reza Pahlavi menentang adanya pembubaran rezim baru oleh Parsons pada bulan April. Parsons mengatakan bahwa Gholam tidak mampu merencanakan jalan keluar dengan mempergunakan seember Kleenex (tisu pembersih).
Dokumen tersebut dirilis oleh Badan Arsip Nasional di London, sesuai dengan peraturan yang memperbolehkan pengungkapan informasi rahasia kepada publik setelah 30 tahun berlalu.
0 komentar:
Posting Komentar